Ilmuwan Melihat Fenomena Badai Ruang Angkasa Seluas 621 Mil Terlihat di Kutub Utara

5 Maret 2021, 08:25 WIB
Ilustrasi badai luar angkasa. /Pixabay/Free-Photos

SalatigaTerkini - Menurut pengamatan para ilmuwan, mereka mengkonfirmasi adanya badai luar angkasa.

Kabar ini dikeluarkan setelah pengamatan elektron yang menghujani atmosfer bagian atas Bumi.

Para ilmuwan menyebut bahwa badai seperti itu akan mengganggu sistem kerja GPS.

Selain merusak, positifnya dari badai tersebut adalah bisa memberikan pemahaman lebih tentang efek cuaca luar angkasa.

Baca Juga: Spaces, Fitur Baru Twitter Untuk Pengguna Android. Bakal Saingi Popularitas Clubhouse

Ilmuwan luar angkasa dari University of Reading,Profesor Mike Lockwood, mengatakan badai bisa menjadi fenomena universal di planet dan bulan dengan medan magnet dan plasma.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Universitas Shandong di China mengabarkan telah menganalisis massa plasma yang berputar-putar selebar 621 mil terlihat di atas Kutub Utara.

Hasil pengamatan itu menunjukkan bintik aurora yang berbentuk siklon besar, dengan pusat aliran hampir nol dan aliran plasma horizontal yang kuat, seperti yang dilansir dari laman Pikiran-Rakyat.com dalam artikel Fenomena Badai Ruang Angkasa Terlihat Berputar Selebar 621 Mil di Kutub Utara

Badai antariksa bergerak berlawanan arah jarum jam, dan berlangsung sekitar delapan jam sebelum terhenti.

“Sampai sekarang, tidak pasti bahwa badai plasma luar angkasa bahkan ada, jadi untuk membuktikan ini dengan pengamatan yang begitu mencolok adalah luar biasa,” kata Mike, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Dailymail.

Baca Juga: Imagine - John Lennon, Lagu Bermisi Perdamaian Dunia. Ini Lirik dan Artinya Dalam Bahasa Indonesia

Badai tropis juga dikaitkan dengan energi dalam jumlah besar, dan badai antariksa ini harus diciptakan oleh transfer energi angin matahari dan partikel bermuatan ke atmosfer atas bumi yang luar biasa besar dan cepat.

“Plasma dan medan magnet di atmosfer planet ada di seluruh alam semesta, jadi temuan menunjukkan badai antariksa menjadi fenomena yang tersebar luas,” kata Mike.

Pengamatan sebelumnya telah menemukan bahwa badai luar angkasa di Mars, Saturnus dan Jupiter, yang mirip dengan badai di atmosfer rendah, bersama dengan gas matahari yang berputar jauh di dalam atmosfer matahari. Penemuan terbaru adalah pertama kalinya badai diamati di atmosfer bagian atas Bumi.

Baca Juga: Ganjar Senang Melihat Antusias Pedagang di Pasar Surakarta Yang Ikut Vaksinasi

“Badai jelas terkait dengan energi yang kuat dan transportasi massal, jadi badai di atmosfer atas Bumi pasti hebat dan secara efisien mentransfer energi dan momentum angin atau magnetosfer matahari ke ionosfer Bumi,” tulis penelitian yang dipublikasikan di Nature.

Badai antariksa terlihat pada 20 Agustus 2014, yang didokumentasikan oleh para ilmuwan sebagai kondisi medan magnet antar planet (IMF) yang relatif stabil ke utara.

IMF adalah medan magnet matahari yang ditarik dari korona matahari oleh angin matahari. Badai antariksa, yang terjadi selama periode aktivitas geomagnetik rendah, ditemukan memiliki banyak kesamaan dengan badai di atmosfer bawah bumi.

Baca Juga: 3 Makanan Penyebab Gula Darah Naik Seketika. Penderita Diabetes Wajib Tau

Yakni termasuk pusat yang tenang, beberapa lengan spiral, dan sirkulasi yang tersebar luas. Setelah sekitar delapan jam, badai luar angkasa lenyap ketika IMF berbelok ke selatan.

Tim tersebut menjelaskan badai antariksa membuka saluran transfer energi yang cepat dari luar angkasa ke ionosfer dan termosfer, yang dapat membantu mengungkap detail penting dari efek cuaca antariksa seperti peningkatan tarikan satelit.

Kemudian gangguan dalam komunikasi radio frekuensi tinggi, dan peningkatan kesalahan di cakrawala. lokasi radar, navigasi satelit dan sistem komunikasi.***(Nurul Khadijah/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Heru Nugroho

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler