SalatigaTerkini - Telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan lewat keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4643/2021, penjualan vaksin berbayar lewat Kimia Farma ternyata mengundang polemik.
Bukan soal harga jual, namun terlihat seperti ada permainan bisnis vaksin.
Hal ini coba di kalkulasi oleh Faisal Basri, salah satu pengamat ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Geram, Minta Oknum Nakal yang Permainkan HET Obat Covid-19 DISIKAT
Menurutnya, bila satu suntikan ada keuntungan Rp100 ribu, maka Kimia Farma bisa mencapai untung Rp17,2 triliun.
Awalnya memang akan mulai dijual sejak Senin, 12 Juli 2021 kemarin, namun rupanya mendapakan banyak kritikan dan akhirnya ditunda terlebih dahulu oleh pemerintah.
"Berdasarkan skenario awal, bayangkan betapa menggiurkan bisnis vaksin BUMN. Kalau untungnya Rp100.000 per suntikan, rentenya senilai Rp17,2 triliun," kata Faisal Basri di akun Twitternya, dikutip Selasa, 13 Juli 2021.
Baca Juga: Skenario PPKM Darurat Diperpanjang hingga 6 Minggu, Ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Kerja di DPR RI
Faisal Basri sendiri mengatakan, sejak awal bisnis vaksin Covid-19 berbayar yang diluncurkan pemerintah melalui BUMN memang menggiurkan.