Jadi Ini Penyebab Banjir Jakarta, BNPB: 98 Persen Karena Faktor Hidrometeorologi

- 22 Februari 2021, 14:01 WIB
Banjir Jakarta pada Sabtu, 20 Februari 2021 menggenang sebagian wilayah Jakarta.
Banjir Jakarta pada Sabtu, 20 Februari 2021 menggenang sebagian wilayah Jakarta. /Foto: Tangkapan layar / Reuters.com/Reuters / Foto: Tangkapan layar / Reuters.com/Reuters


SalatigaTerkini – Sejak Januari 2021 bencana alam masih silih berganti menimpa daerah-daerah di Indonesia.

Jakarta menjadi langganan banjir, banjir di jakarta biasanya bermula dari hujan yang tak kunjung reda selama berjam-jam.

Baru-baru ini, banjir kembali melanda wilayah sekitaran Jakarta, yang hingga saat ini pihak terkait sedang menangani bencana banjir di Jakarta.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB, Raditya Jati, sebagian besar bencana alam terjadi karena pengaruh kondisi hidrometeorologi.
Selain jumlah kejadian, laporan bencana alam ini juga mencakup peta sebaran, dampak bencana, dan kerusakan yang ditimbulkannya.

Baca Juga: Pemprov Jateng Targetkan 450 Ribu Pelayan Publik dan Lansia 1 Minggu Selesai Dalam Vaksinasi Tahap II

Banyak masyarakat yang kurang mengetahui dengan bencana hidrometeorologi, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah hujan,kelembaban,temperatur,angin) meteorologi.

Beberapa contoh bencana hidrometeorologi yaitu seperti Kekeringan, Banjir, Badai, Kebakaran hutan, El Nino, La Nina, Longsor, Tornado, Angin puyuh, topan, angin puting beliung, Gelombang dingin, Gelombang panas.

Kerusakan lingkungan seringkali dikaitkan dengan pemicu perubahan cuaca. Akibat dari kurangnya daya dukung dan daya tampung inilah yang memicu terjadinya bencan alam.

Dilansir dari Kabarjoglosemar.pikiran-rakyat.com dalam artikel yang berjudul ‘98 Persen Bencana Alam Indonesia Karena Faktor Hidrometeorologi, Apa Itu Hidrometeorologi?’ BNPB menyajikan data deretan bencana.

Deretan bencana alam yang terjadi antara lain bencana banjir (227 kejadian), puting beliung (66) kejadian, tanah longsor (60 kejadian), gempa bumi (7 kejadian), gelombang pasang atau abrasi (7 kejadian), kebakaran hutan dan lahan (4 kejadian).

Halaman:

Editor: Ari Pianto

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x