Indonesia Jadi Negara Uji Acak Evaluasi Terapi Covid-19

19 Februari 2021, 19:02 WIB
Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/monicore

SalatigaTerkini - Indonesia dikabarkan akan menjadi salah satu negara yang akan menjalani Uji Acak Evaluasi Terapi Covid-19.

Uji klinis terbesar di dunia ini dikenal dengan The Randomised Evaluation of Covid-19 dan diadakan untuk mengevaluasi pengobatan virus corona.

Baca Juga: Cuitan Rihanna Membakar Semangat Petani India Untuk Meneruskan Protes

Dalam uji klinis ini, Universitas Indonesia pun akan ikut terlibat dalan uji Recovery ini.

Untuk Recovery pertama kali dilaksanakan di Inggris pada Maret 2020 untuk mengevaluasi pengobatan mana yang lebih efektif melawan pandemi ini.

Baca Juga: Jokowi: Saat Ramadan, Vaksinasi Covid-19 Dilakukan Malam Hari

Dalam studi tersebut akan memberikan rekomendasi secara signifikan dalam ubahan perawatan klinis. Termasuk temuan bahwa steroi, deksametason dan pengobatan inflamasi mampu mengurangi kematian para penderita covid-19 berat.

Dr dr Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD-KPTI, FACP, FINASIM, dalam lansiran Pikiran-rakyat.com dalam tulisan Uji Klinis Pengobatan Covid-19 Terbesar di Dunia Bakal Berlangsung di Indonesia, dari Fakultas Kedokteran UI sekaligus peneliti utama yang mengepalai studi RECOVERY di Indonesia mengatakan, studi yang dilaksanakan di Inggris sebelumnya, telah membantu Indonesia untuk merencanakan sumber dayanya lebih efektif.

Baca Juga: Myanmar Masih Memanas, Demonstran Perempuan Tewas Tertembak di Kepala

Rekomendasi itu kemudian digunakan dalam praktik klinis di seluruh dunia guna membantu menyelamatkan nyawa pasien dan memprioritaskan sumber daya perawatan kesehatan.

"Misalnya, klorokuin/hidroksiklorokuin tidak lagi direkomendasikan untuk mengobati Covid-19 dan obat deksametason telah masuk dalam rekomendasi pengobatan Covid-19 di RS di Indonesia," ucapnya dalam keterangan tertulis Humas UI, Jumat, 19 Februari 2021.

Baca Juga: Lowongan Kerja Februari 2021 PT Aneka Gas Industri

Pelaksanaan studi Recovery di Indonesia merupakan salah satu hasil dari kemitraan yang sudah terjalin lama antara FKUI dan Oxford University, serta dukungan dari berbagai mitra penelitian dan rumah sakit di Indonesia.

Universitas Indonesia and Oxford Clinical Research Laboratory (IOCRL), sebuah fasilitas pendukung uji klinik bersama di Jakarta, yang juga merupakan hasil dari kemitraan dua lembaga tersebut, akan membantu proses pelaksanaan dan koordinasi studi ini di Indonesia.

Sementara itu, rumah sakit pertama yang bergabung dengan studi Recovery di Indonesia adalah RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta, RS Martha Friska Medan, dan RS Hasan Sadikin Bandung, dan beberapa rumah sakit lainnya akan segera bergabung.

Di Indonesia, studi akan diawali dengan mengevaluasi penggunaan aspirin dan kolkisin, karena obat ini sudah tersedia dan terjangkau.

Namun seperti pelaksanaan studi Recovery di Inggris, uji coba tersebut bersifat adaptif dan obat baru akan ditambahkan seiring waktu.

Sementara itu,‎ Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Slamet, MHP mengatakan, uji klinis sangat penting untuk menemukan pengobatan Covid-19 yang efektif dan dapat digunakan di seluruh dunia.

"Meneliti obat yang terjangkau dan mudah diakses, berarti hasilnya dapat dimanfaatkan dengan cepat di Indonesia dan negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya. Kami sangat bangga bahwa para peneliti Indonesia berperan serta dan menjadi bagian dari sebuah uji klinis penting di dunia," tuturnya.

Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menambahkan FKUI sangat senang dapat menjadi bagian dari tim peneliti studi itu.

"Saya berharap dengan berpartisipasi pada uji klinis obat Covid-19 terbesar di dunia ini, para peneliti Indonesia bisa membuat terobosan-terobosan yang relevan dengan konteks Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya," ujarnya.

Rektor UI Prof Ari Kuncoro, SE, MA, PhD turut memberikan apresiasi keterlibatan para peneliti dari FKUI dalam uji klinis RECOVERY di Indonesia.

Sejak awal pandemi muncul di Indonesia, lanjutnya, UI secara aktif terlibat dalam berbagai penelitian, medis, dan sosial.

UI juga berkolaborasi dengan banyak pihak, di dalam maupun di luar negeri, termasuk dengan University of Oxford.

“Kami berharap melalui kontribusi ini dan dukungan dari masyarakat Indonesia, UI bisa mendukung percepatan pemulihan kondisi Indonesia," ujarnya.

Dr Ir Penny K Lukito, MCP, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan mengatakan, BPOM selalu menyambut baik dan mendukung penelitian uji klinik dan mendukung upaya FKUI untuk ambil bagian dalam uji klinik yang bersifat internasional.

"Harapannya, dapat mengembangkan kemampuan bangsa kita dalam mengembangkan vaksin dan obat sehingga dapat membangun kemandirian industri farmasi kita. BPOM siap mendukung dan memfasilitasi FKUI, mulai dari persetujuan pelaksanaan uji klinis (PPUK), perizinan, mendampingi dalam monitoring uji klinik, sampai ke hasilnya nanti," ucapnya.

Sedangkan‎ Profesor Peter Horby, dari Emerging Infectious Diseases dan Global Health di Nuffield Department of Medicine, University of Oxford, sekaligus Joint Chief Investigator untuk studi itu menilai studi RECOVERY memiliki pencapaian yang luar biasa karena melibatkan lebih dari 35.000 pasien di Inggris dan memberikan rekomendasi yang akurat pada tempat perawatan.

"Dengan pencapaian ini, kami yakin melalui kemitraan internasional, kami dapat mempercepat evaluasi perawatan-perawatan baru untuk meningkatkan relevansi global dari hasil uji coba, membangun kapasitas, dan mengurangi upaya yang sia-sia pada studi kecil yang tidak informatif," katanya.***(Bambang Arifianto/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Heru Nugroho

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler