SalatigaTerkini - Istilah pagebluk saat ini semakin sering kita dengar. Namun, istilah ini tidaklah asing terutama bagi mereka suku jawa.
Sejak dahulu, para simbah atau orang tua sering menceritakan cerita-cerita pagebluk dimasa lalu.
Berdasarkan dongeng zaman dahulu, para orang tua menggambarkan pagebluk sebagai wabah yang tidak jelas jenis penyakitnya. Diceritakan pula apabila seseorang terkena penyakit pada pagi hari lalu mendadak sore atau malam hari yang bersangkutan meninggal dunia, demikian sebaliknya. Lebih lanjut, pagebluk dapat menyebar ke hampir seluruh pelosok negeri.
Penggambaran yang demikian menjadikan ketakutan dan kengerian. Keterbatasan informasi pada saat itu menjadikan suasana semakin mencekam dalam ketidakpastian.
Baca Juga: Bikin Merinding, Wabah Thaun yang Viral di TikTok Dibanjiri Komentar Warganet
Gambaran diatas atau cerita para orang tua dulu sedikit banyak sedang terjadi pada saat ini.
Penyebaran penyakit karena virus corona atau Covid-19 merupakan wabah penyakit mirip yang digambarkan para sesepuh. Virus ini sedang mewabah diseluruh penjuru dunia, dan yang menakutkan adalah kita belum tahu kapan akan berakhir.
Lalu apa yang mesti kita lakukan menghadapi situasi yang demikian?
Dalam budaya Jawa, ada banyak warisan sejarah, baik itu berbentuk tulisan maupun lisan, yang menceritakan kalau Jawa pernah terkena pagebluk di masa lalu. Menurut manuskrip atau naskah kuno yang telah ditemukan, terdapat beberapa jenis pagebluk yang pernah melanda tanah Jawa seperti gudik (kudis), kolera, influenza sampai tuberkulosis.