Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau meng-aqiqah-kan dirinya sendiri setelah menjadi nabi.
Mereka riwayatkan nashnya dalam kitab al-Buwaithi bahwa Rasulullah SAW tidak melakukan itu, mereka menganggapnya aneh.
Baca Juga: Apa Hukum Mengangkat Tangan Ketika Berdoa? Simak Penjelasan Lengkap Ustad Abdul Somad
Baca Juga: Apa Hukum Ziarah Kubur Setelah Salat Id? Berikut Penjelasan Lengkap Ustad Abdul Somad
Saya (Imam an-Nawawi) katakan, “Saya telah melihat nashnya dalam kitab al-Buwaithi yang sama, ia berkata, ‘Orang yang telah dewasa tidak aqiqah’, seperti ini bunyi teksnya, tidak bertentangan dengan keterangan di atas, karena maknanya, orang yang telah dewasa tidak
meng-aqiqah-kan orang lain.
Dalam teks ini tidak terdapat penafikan (menolak) bahwa seseorang boleh mengaqiqahkan dirinya sendiri.
Pendapat Syekh Ibnu Baz perihal aqiqah setelah dewasa dalam Majmu’ Fatawa Ibn Baz, juz.XXVI, hal.267.
أحدها : أنه يستحب أن يعق عن نعسه؛ ألن العقيقة ميكدة وهو مرتهن بها.
الثاني : ال عقيقة عليه وال يشرع له العق عن نعسه ؛ ألنها سنة في حق أبيه فقط.
الثالث : ال حر عليه أن يعق عن نعسه وليس ذلك بمستحب ؛ ألن األحاديث إنما جاءت موجهة إلى الوالد ، ولكن ال مانا من
أن يعق عن نعسه ؛ أخذا بالحيطة ، وألنها قربة إلى هللا سبحانه وإحسان إلى المولود, وفك لرهانه فكانت مشروعة في حقه
وحق أمه عنه وغيرهما من أقاربه . وهللا ولي التوفيق.
Pertama, dianjurkan mengaqiqahkan diri sendiri, karena aqiqah itu sunnah mu’akkadah dan seorang anak tergadai dengan aqiqahnya.
Kedua, tidak ada aqiqah baginya, tidak disyariatkan baginya aqiqah, karena aqiqah itu sunnah pada tanggung jawab ayahnya.