Benarkah Hanya dengan Berpapasan Bisa Menularkan Virus Corona Varian Delta? Berikut Kata Pakar UI

- 24 Juni 2021, 12:36 WIB
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama/Antara
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama/Antara //Antara

SalatigaTerkiniisu yang menyebut virus corona varian delta bisa menyebar dengan mudah jika berpapasan dengan seseorang yang positif Covid-19 ditanggapi Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Menurutnya isu tersebut masih perlu di kaji karena belum ada dasar ilmiahnya.

"Itu memang pernyataan di salah satu keterangan pers, setahu saya belum ada penelitian yang dipublikasi di jurnal internasional peer reviewed," ungkapnya saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Kamis, 24 Juni 2021.

Ia mengatakan belum ada kajian atau laporan ilmiah yang telah membuktikan pernyataan tersebut.

Sejauh ini dan sejak awal telah diumumkan bahwa penularan virus corona melalui droplet dalam aktifitas berbicara, bersin, batuk dan aktifitas bernyanyi.

"Penularan dapat terjadi misalnya saat berbicara, bernyanyi keras, batuk, bersin," ujar mantan direktur WHO Asia Tenggara ini.

Ia mengungkapkan, varian Delta memang terbukti lebih menular. Di Inggris saja dilaporkan ada  42.323 kasus varian Delta, naik 70% dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja.

"Juga “Public Health England (PHE)” melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60% lebih mudah menular daripada varian Alfa. Juga waktu penggandaannya (“doubling time”) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari," katanya.

Berikutnya, tentang secondary attack rates. data terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa secondary attack rates varian Delta lebih tinggi daripada Alfa.

Secondary attack rate varian Delta adalah 2.6 persen dan varian Alfa sebesar 1,6 persen pada mereka dengan riwayat bepergian, serta 8,2 persen pada varian Delta dan 12,4 persen pada varian Alfa pada kontak kasus yang tidak memiliki riwayat bepergian.

Aspek terkahir, adalah tentang efek yang dihasilkan membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, dan bahkan menyebabkan kematian.

Data yang dikumpulkan WHO sampai 8 Juni 2021 menunjukkan hal ini masih belum terkonfirmasi (“not confirmed”), tapi memang ada laporan peningkatan masuk rawat inap di rumah sakit.

Di sisi lain, juga ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakit yang ditimbulkan varian Delta.

Editor: Ari Pianto

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah