Indonesia Jadi Negara Uji Acak Evaluasi Terapi Covid-19

- 19 Februari 2021, 19:02 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/monicore

Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menambahkan FKUI sangat senang dapat menjadi bagian dari tim peneliti studi itu.

"Saya berharap dengan berpartisipasi pada uji klinis obat Covid-19 terbesar di dunia ini, para peneliti Indonesia bisa membuat terobosan-terobosan yang relevan dengan konteks Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya," ujarnya.

Rektor UI Prof Ari Kuncoro, SE, MA, PhD turut memberikan apresiasi keterlibatan para peneliti dari FKUI dalam uji klinis RECOVERY di Indonesia.

Sejak awal pandemi muncul di Indonesia, lanjutnya, UI secara aktif terlibat dalam berbagai penelitian, medis, dan sosial.

UI juga berkolaborasi dengan banyak pihak, di dalam maupun di luar negeri, termasuk dengan University of Oxford.

“Kami berharap melalui kontribusi ini dan dukungan dari masyarakat Indonesia, UI bisa mendukung percepatan pemulihan kondisi Indonesia," ujarnya.

Dr Ir Penny K Lukito, MCP, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan mengatakan, BPOM selalu menyambut baik dan mendukung penelitian uji klinik dan mendukung upaya FKUI untuk ambil bagian dalam uji klinik yang bersifat internasional.

"Harapannya, dapat mengembangkan kemampuan bangsa kita dalam mengembangkan vaksin dan obat sehingga dapat membangun kemandirian industri farmasi kita. BPOM siap mendukung dan memfasilitasi FKUI, mulai dari persetujuan pelaksanaan uji klinis (PPUK), perizinan, mendampingi dalam monitoring uji klinik, sampai ke hasilnya nanti," ucapnya.

Sedangkan‎ Profesor Peter Horby, dari Emerging Infectious Diseases dan Global Health di Nuffield Department of Medicine, University of Oxford, sekaligus Joint Chief Investigator untuk studi itu menilai studi RECOVERY memiliki pencapaian yang luar biasa karena melibatkan lebih dari 35.000 pasien di Inggris dan memberikan rekomendasi yang akurat pada tempat perawatan.

"Dengan pencapaian ini, kami yakin melalui kemitraan internasional, kami dapat mempercepat evaluasi perawatan-perawatan baru untuk meningkatkan relevansi global dari hasil uji coba, membangun kapasitas, dan mengurangi upaya yang sia-sia pada studi kecil yang tidak informatif," katanya.***(Bambang Arifianto/Pikiran-rakyat.com)

Halaman:

Editor: Heru Nugroho

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah